Riak-riak kecil yang terjadi dalam momentum tahun politik pemilihan umum (Pemilu) 2024 perlu diantisipasi. Jika tidak, riak-riak kecil tersebut berpotensi membesar dan menjadi konflik horizontal, hingga polarisasi seperti Pemilu 2019.
Atas dasar itu, Anggota Komisi I DPR RI, Nurul Arifin menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai kesatuan dan persatuan. Artinya, masyarakat harus tetap dewasa dalam menyikapi dinamika politik yang terjadi selama tahapan Pemilu 2024.
“Mindsetnya kita adalah bagian negara kesatuan ini, sehingga kalau pundung (tersinggung) ulah pundung teuing (jangan terlalu tersinggung), ulah mumusuhan (jangan bermusuhan),” ujar Nurul Arifin usai Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Hotel Horison Bandung, Jumat (15/12).
Wakil Ketua Umum Partai Golkar tersebut mengingatkan, politik merupakan konsensus atau kesepakatan bersama antara para kontestan. Sehingga, masyarakat sebagai pengikut atau konstituen harus berpikiran logis dan memiliki jiwa besar.
“Pada akhirnya, pemimpin yang terpilih kelak akan bekerja buat rakyatnya, buat warga negaranya, bukan buat dirinya ataupun kelompok. Yang terpenting, konteksnya dengan kesatuan menjadi roh dari semua tahapan pemilu,” kata Nurul.
Kendati demikian, Nurul meminta para kandidat capres-cawapres yang bertarung dalam Pilpres 2024 tetap harus mengedepankan etika. Sebab, etika adalah aspek penting yang akan menjadi penilaian publik.
“Setiap calon presiden dan calon wakil presiden juga tetap harus punya etika lah. Jangan sampai kontestasi seperti ini (Pilpres) meninggalkan luka dalam bagi calonnya ataupun para konstituennya,” pungkas Nurul Arifin.
© Copyright 2024, All Rights Reserved