Bakal calon gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berbagi pengalaman saat bertemu dengan warga Kota Bogor dalam acara "KDM Menyapa Jabar Istimewa", Rabu malam (11/9/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Dedi bertemu dengan dua ibu yang memiliki cerita hidup inspiratif.
“Malam ini adalah malam kebahagiaan. Saya bertemu dengan warga Kota Bogor, dan ada banyak pengalaman menarik yang bisa kita rasakan,” kata Dedi.
Salah satu cerita yang disampaikan adalah tentang seorang ibu yang tinggal di Bogor. Ibu tersebut sehari-hari berjualan di depan sebuah gedung dan harus menghadapi dua tanggung jawab besar dalam hidupnya.
Yang pertama adalah membayar kontrakan yang cukup mahal, dan yang kedua adalah membiayai perawatan adiknya yang mengalami gangguan jiwa.
Dedi menjelaskan beban biaya pengobatan bagi orang dengan gangguan jiwa, terutama setelah mereka keluar dari rumah sakit jiwa.
"Problem orang yang mengalami gangguan kejiwaan itu bukan saat dirawat, karena biayanya ditanggung pemerintah. Tetapi setelah keluar, mereka harus menanggung biaya obat yang mahal. Satu pil bisa mencapai Rp300 ribu, dan ini yang menjadi tantangan besar," ungkap Dedi.
Dedi pun menegaskan perlunya pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota untuk bekerja sama dalam menangani masalah tersebut.
"Ke depan, pemerintah harus memiliki porsi khusus untuk membantu penyelesaian problem ini," lanjutnya.
Cerita kedua datang dari seorang ibu asal Cibinong yang tiba-tiba memeluk Dedi dan menangis haru. Ibu tersebut berterima kasih karena ia pernah dibantu oleh Dedi dalam proses penyembuhannya dari kelumpuhan melalui pengobatan tradisional di Kang Haris.
Dedi melihat dua hal penting dari pengalaman tersebut, yaitu adanya pengobatan medis dan pengobatan tradisional. Menurutnya, pengobatan tradisional juga harus dihargai dan mendapatkan tempat di fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta.
"Ke depan, gagasan saya adalah agar pengobatan tradisional juga masuk di rumah sakit pemerintah dan swasta, karena Indonesia, terutama Jawa Barat, kaya akan tradisi dan kultur, tetapi pengobatan tradisional ini masih kurang dihargai," jelas Dedi.
Selain itu, Dedi pun membandingkan dengan negara lain, seperti China, di mana rumah sakit menggabungkan pengobatan medis dengan tradisional dan berhasil menarik banyak pasien, bahkan dari luar negeri.
"Di China, rumah sakit yang menggabungkan pengobatan medis dan tradisional selalu penuh, termasuk banyak pasien dari Indonesia. Kita perlu melakukan audit terhadap keberhasilan pengobatan tradisional ini, sehingga nanti bisa diukur berapa persen keberhasilannya dan kegagalannya," tutup Dedi.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved