Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus) merilis hasil survei pilihan warga Kota Bogor terhadap lima pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota. Dalam hasil surveinya, pasangan Dedie Rachim dan Jenal Mutaqin tertinggi memperoleh 44,38%.
Sedangkan pasangan Sendi Fardiansyah - Melli Darsa di peringkat 2 dengan perolehan 20,38%. Sementara pasangan Dokter Reyendra - Eka Maulana berada di posisi 3 sebanyak 17,75%, pasangan Atang Trinanto - Annida Alivia di posisi 4, dengan perolehan 4,5%, dan diposisi ke 5 pasangan Rena Da Frina - Teddy Risandi 3,25%.
Founder LS Vinus, Yusfitriadi mengatakan, hasil survei pasangan calon walikota dan wakil walikota Bogor ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar warga Kota Bogor memilih calon pemimpin di daerahnya. Dan hasilnya, banyak perubahan apabila dibandingkan dengan survei ketika masih sendiri alias belum memiliki pasangan.
Perubahan itu terlihat signifikan pada pasangan Dedie-Jenal, yang memperoleh 44,38%. Menurutnya, perubahan itu disebabkan beberapa faktor, salah satunya konsistensi figur Dedie Rachim yang memang sebelumnya selalu berada di posisi teratas. Apalagi, sekarang Dedie berpasangan dengan Jenal Mutaqin, yang bakal calon wakil walikotanya itu aktif melakukan pergerakan, sehingga masyarakat Kota Bogor mengenal sosok Jenal Mutaqin, ditambah Jenal memiliki pengalaman sebagai anggota legislatif.
"Hal itu bertolak belakang dengan pasangan calon lainnya, misalnya Sendi yang berpasangan dengan Melli. Dimana nama calon wakilnya itu belum dikenal secara luas oleh masyarakat, sehingga elektabilitas mereka masih jauh dibawah Dedie-Jenal," kata Yus kepada wartawan, Kamis (12/9) sore.
Begitu juga dengan pasangan Rayendra dan Eka. Kata Yus, sebetulnya pada saat Rayendra belum memiliki pasangan suaranya itu berada di posisi kedua atau di bawah Dedie Rachim. Namun ketika sudah berpasangan, elektabilitas Rayendra terjun bebas.
"Artinya, dengan memilih Eka sebagai calon wakilnya tidak membuat Rayendra aman. Apalagi informasi yang saya dengar, Rayendra ini banyak ditinggalkan oleh tim yang awalnya mendorong Rayendra untuk maju di Pilwalkot 2024," jelasnya.
Hal ini juga, dialami oleh pasangan Atang Trisnanto dan Annida. Menurut Yus, kondisi partai yang mengusung Atang yakni PKS saat ini tidak sesolid seperti pilkada-pilkada sebelumnya, ditambah dengan adanya isu nasional yang mana PKS sekarang ini tiba-tiba bersatu dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM).
"Ini bukan hanya terjadi di Kota Bogor saja, tetapi di Jawa Barat pun (Pilgub) sama. Hanya saja perbedaannya berada di sosok calon wakilnya, yang mana elektabilitas Ilham Habibie (calon wakil gubernur) tinggi sebelum berpasangan dengan Syaikhu, bahkan sempat berada di posisi kedua untuk calon gubernur maupun wakil gubernur. Nah, sekarang elektabilitas Ilham Habibie tergerus," kata Yus.
"Sedangkan untuk Atang, kendalanya ada di calon wakilnya yakni Annida yang tidak muncul di awal. Sehingga ketika mendekati Pilkada, elektabilitas wakilnya tidak mendorong terhadap calon walikotanya. Begitu pun dengan Sendi, Rayendra dan Rena, yang sama-sama para calon wakilnya tidak mendongkrak elektabilitas dari calon walikotanya tersebut," sambungnya.
Meski begitu, kata Yus, pasangan Dedie-Jenal belum bisa dikatakan dapat menang mudah di Pilkada. Sebab, lanjut dia, ketika masyarakat ditanya apakah akan mengubah pilihan dan jawabannya ternyata sebanyak 44,25% berubah. Hal itu disebabkan beberapa faktor, terutama apabila para pasangan calon tersandung kasus korupsi, atau pun kasus hukum yang mungkin saja terjadi di kupas oleh pasangan calon lainnya, dan itu yang akan mengubah pilihan masyarakat terhadap calonnya.
"Tapi dari 44 sekian persen itu yang akan mengubah pilihan masyarakat kepada pasangan calon mana, kita tidak tahu. Sehingga elektabilitas maupun popularitas pasangan calon ini saya katakan masih berpotensi berubah sampai di detik-detik terakhir," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved