Imbas tidak menjalankan mekanisme kepartaian, tidak sedikit Pengurus Anak Cabang (PAC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Bandung Barat (KBB) memilih untuk berbeda pilihan politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di KBB.
Perbedaan sikap ini dikarekanan Ketua DPC PPP KBB menentukan sikapnya sendiri tanpa melibatkan seluruh struktur partai mulai dari atas sampai tingkat bawah.
Ketua PAC PPP Kecamatan Lembang, Usep Nandi mengatakan, perbedaan antara pengurus PPP di atas dengan pengurus di bawah diakibatkan Pimpinan PPP KBB tidak menerapkan mekanisme yang ada di kepartaian.
Padahal, lanjut Usep, sebagai pimpinan seharusnya mampu membawa gerbong melalui musyawarah dengan PAC PPP di seluruh wilayah KBB.
"Salah satu contoh saya yang ada di wilayah PAC PPP Kecamatan Lembang. Saya terus terang tidak dibawa berkoordinasi untuk masaalah calon dukungan untuk bupati dan wakil bupati yang membuat kami menentukan sikap sendiri," ucap Usep saat dihubungi Kantor Berita RMOLJabar, Jumat, (30/8).
Berkenaan perbedaan dukungan di PPP KBB yang mendukung Paslon Hengky Kurniawan dan Ade Sudrajat dengan yang mendukung Paslon Edi Rusyandi dan Unjang As'ari, dia menyatakan, juga diakibatkan imbas dari pemilihan legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 lalu.
"Harusnya sebagai ketua itu lebih bijak menyikapi permasalahan yang ada di setiap wilayah jangan hanya mementingkan kepentingan tersendiri lah," ujarnya.
"Bisa menghargai kesenioran di partainya tidak memperhitungkan satu materi saja. Kalau berpikirnya hanya materi, kapan partai ini akan besar apalagi jaringan lintas partai oleh kepemimpinan saat ini memang kurang jadi begini. Ya sudah lah nasi sudah menjadi bubur," ungkapnya.
Dibeberkan Usep, PAC PPP KBB yang berbeda pilihan dengan pimpinan partai yakni, PAC Kecamatan Lembang, Gununghalu, Rongga, Cipatat, serta Cisarua.
"Mereka kurang respect karena dari DPC untuk menentukan sikap dukungan itu kan harus menempuh mekanisme kepartaian sehingga kami merasa tidak diakui dan memilih menentukan sikap sendiri," tegasnya.
Diharapkan Usep, kepemimpinan partai harus dewasa dan bijaksana jangan hanya mengedepankan ego dan idealismenya sendiri. Ketua Majelis Pakar PPP KBB, Samsul Ma'arif merupakan contoh karena bisa membangun jaringan lintas partai bahkan ketika ada polemik di internal partai bisa menyikapi dengan bijak, solutif, bahkan bisa mengantisipasi munculnya permasalahan.
"Kalau kepemimpinan sekarang gak seperti itu. Contoh ketika pileg kemarin kelengkapan atribut dia tidak memperhitungkan dan tidak merapatkan PAC diberbagai wilayah supaya lebih besar. Ini gak ada, atribut gak ada, diajak komunikasi gak ada, ya itu lah akibatnya," paparnya.
"Maap disini saya tidak merendahkan tapi ya sama-sama introspeksi lah. Kalau ingin ada kemajuan, harus bisa saling mengisi dari segi kekurangannya. Makanya kemarin saya satu misi dengan Pak Samsul Ma'arif," katanya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Pakar PPP KBB, menyatakan, PPP KBB tidak ada dualisme melainkan hanya berbeda pilihan dukungan saja.
"Karena teman-teman yang struktural pun tidak kompak. Kalau kompak kan saya gak akan ada disini (mendukung Paslon Hengky Kurniawan-Ade Sudrajat)," bebernya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved