Jawa Barat sebagai provinsi dengan populasi terbanyak memiliki nilai strategis sangat tinggi bagi partai politik. Sehingga tidak aneh jika hingga kini belum ada satupun parpol yang mendeklarasikan calon untuk diusung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar.
Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP), Neni Nur Hayati mengakui, dinamika politik Jawa Barat masih landai dan belum bisa diukur di atas kertas. Menurutnya, masing-masing parpol saat ini sedang saling mengintip sosok-sosok yang bakal bertarung supaya dapat memetakan kekuatan lawan.
“Peta politik di Provinsi Jawa Barat masih dinamis dan partai-partai yang memiliki kursi masih tarik ulur menunggu partai mana mengumumkan siapa. Karena semua partai saya kira sangat kalkulatif dalam mempertimbangkan nama-nama apalagi Jawa Barat sebagai provinsi yang sangat strategis," ujar Neni, Kamis (25/7).
Diakui Neni, saat ini beredar sejumlah nama yang digadang-gadang bakal berlaga di Pilgub Jabar. Misalnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ridwan Kamil, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Dedi Mulyadi, Ketua PDIP Jabar Ono Surono, Ketua PKS Jabar Haru Suandharu hingga Ilham Habibie yang bakal diusung Partai Nasdem.
Dari nama-nama tersebut, Neni menilai sosok Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi sejauh ini memang memiliki elektabilitas dan popularitas tinggi di Jawa Barat. Namun tingginya elektabilitas dan popularitas kedua politisi tersebut tak kunjung membuahkan rekomendasi dari partainya masing-masing.
“Nama Haru Suandaru juga menjadi salah satu kandidat penantang cukup kuat dan diperhitungkan karena suara PKS dalam pemilu 2024 menempati posisi ketiga dan memiliki basis massa yang kuat. Tidak dipungkiri soliditas ini mampu mendongkrak dan cukup menjadi perhatian partai lain,” terangnya.
Menurutnya, publik patut menantikan sosok-sosok yang akhirnya diusung parpol untuk bertarung di Pilgub Jabar. Terlebih, Partai Golkar yang menaungi Ridwan Kamil sebagai incumbent di Jawa Barat juga belum secara gamblang menentukan sikapnya.
“Saya melihat partai teratas dalam pemilu 2024 lalu, merekomendasikan para kadernya untuk menjadi gubernur. Golkar seharusnya segera mengumumkan siapa kandidat yang akan diusung untuk Jawa Barat,” kata Neni.
Disinggung potensi komposisi koalisi di Pilgub Jabar, Neni juga belum dapat memastikan lantaran banyaknya nama bakal calon gubernur yang bermunculan. Meski belum pasti, masing-masing parpol hampir memiliki calonnya masing-masing.
“Koalisi cenderung agak sulit dibentuk karena rata-rata partai mengusung kadernya untuk calon gubernur. Tetapi ketika hasil survei SRMC menyampaikan pasangan Ridwan Kamil-Ono Surono menjadi yang tertinggi, nampaknya sangat sulit terbentuk karena terhalang PAN dan Gerindra di KIM (Koalisi Indonesia Maju),” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved