Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Dedi Taufik menyatakan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah sekaligus pengusaha di sektor pariwisata untuk memastikan pelaksanaan protokol kesehatan tetap dilakukan secara ketat termasuk di Pangandaran.
Dedi menyebut, hal itu sesuai keinginan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang ingin Pangandaran sebagai salah satu penyokong ekonomi di sektor wisata pascapandemi Covid-19.
“Saya selalu ingatkan bahwa sebelum ada vaksin Covid-19, protokol kesehatan dan peraturan ketat yang sudah disepakati harus terus dilakukan dengan serius,” ucap Dedi, Senin (10/8).
“Keingingan gubernur mengenai Pangandaran diproyeksi sebagai penyokong perekonomian di sektor pariwisata pasti akan kami dukung dengan maksimal,” tambahnya.
Menurutnya, penerapan protokol kesehatan yang ketat secara langsung akan membuat kepercayaan publik meningkat. Diharapkan, setelah pandemi usai seiring keberadaan vaksin, maka kawasan wisata, khususnya di Kabupaten Pangandaran tidak perlu lagi beradaptasi.
“Pandemi Covid-19 yang terjadi memang berdampak signifikan. Tapi, setelah ada vaksin dan pandemi usai, kami yakin semuanya akan membaik. Makanya, kita harus jaga dengan baik, sebelum ada vaksin, penerapan protokol kesehatan harus dilakukan dengan ketat,” katanya.
Di sisi lain, pihaknya terus melakukan berbagai kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, salah satunya merealisasikan gerakan BISA (Bersih, Sehat, Aman) di berbagai daerah. Ini merupakan strategi matching program, matching fund dan matching promotion untuk pemulihan kesehatan dan ekonomi dalam pentahelix pariwisata Indonesia.
“Gerakan BISA ini sebagai langkah awal untuk menginformasikan bahwa sektor wisata ini masih menjanjikan, sehingga pelaku wisata perlu membenahi destinasi wisatanya dalam menyambut Adaptasi Kebiasaan Baru,” ungkapnya.
Dalam tahap pemulihan ini, ada lima pilar yang digagas. yakni pilar kebudayaan yang membentuk nilai bersih dan sehat pada tatanan masyarakat berdasarkan kearifan lokal, pilar kelembagaan untuk mencetak SDM, Lembaga yang rentan terhadap krisis berdasarkan community base, pilar destinasi untuk peningkatan 3A (Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi) dan manajemen krisis kepariwisataan, pilar Industri untuk peningkatan daya saing industri dan ekosistem usaha pariwisata dan ekonomi kreatif, serta yang terakhir pilar pemasaran untuk penguatan citra dan diversifikasi produk pasar pariwisata.
“Program BISA dilaksanakan dalam bentuk kegitan bersih-bersih di tempat wisata yang dilakukan oleh masyarakat pelaku usaha melalui skema padat karya,” tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved