Menjelang tahun politik 2024, paham intolerasi dan radikalisme kerap kali menyasar para Aparatur Sipil Negara (ASN). Pasalnya, ASN memiliki peranan strategis dalam keberlangsungan negara dan mempunyai akses ke sistem pendidikan, keuangan, dan sektor lainnya.
"Kalau ASN berbeda pandangan dalam menerapkan nilai-nilai bernegara atau katakanlah terpapar radikalisme ini tentu sangat berbahaya. Ini sangat serius dan semua harus mawas diri," kata Ketua Komisi I DPRD Jabar, Bedi Budiman dalam acara pembekalan bagi ASN dengan tema 'Wawasan Kebangsaan' secara daring, Rabu (19/10).
Dengan begitu, Bedi mengingatkan seluruh ASN, TNI, Polri, Kejaksaan dan instrumen lainnya dapat menjadi perekat serta tidak hanyut dalam pertarungan politik yang menyerang sendi-sendi bangsa.
Pasalnya, di masa kontestasi politik kasus-kasus yang tidak mencerminkan sikap saling menghormati perbedaan serta isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dan intoleransi rawan muncul.
"Tahun 2024 adalah masa kontestasi politik, dimana Pilpres, Pileg dan Pilkada serentak digelar ditahun yang sama. Ini akan berdampak pada suhu politik yang luar biasa. Saya berharap kepada komponen yang berada di pemerintahan dan lainnya agar menjadi katalis atau perekat rakyat Indonesia," ucap politisi F-PDIP itu.
Bedi ingin Pemilu 2019 silam menjadi pembelajaran dan perbaikan untuk kontestasi politik yang akan datang. Mengingat, saat itu bangsa ini terbelah lantaran berbeda pilihan.
Ia yakin dan percaya ASN, TNI, Polri, Kejaksaan dan instrumen lainnya mampu bersinergi menjadi satu kekuatan efektif untuk mengawal masyarakat pada tahun politik.
"Saya percaya karena saat pandemi Covid-19 ternyata sinergitas ASN, TNI, Polri sampai ke lini terbawah menjadi kekuatan yang efektif untuk melakukan penyadaran kepada masyarakat, penegakan aturan, tanggap darurat dan lainnya," ucapnya.
"Belajar dari situ, maka fitrahnya kita adalah bangsa yang bergotong royong, inilah kekuatan dan kearifan diri kita sebagai bangsa Indonesia," sambungnya.
Dengan demikian, Bedi berharap wawasan kebangsaan ini harus tercermin dalam seorang ASN agar marwahnya kembali muncul. Karena ASN
"ASN bukan hanya seorang profesional yang tanpa value nilai-nilai kebangsaannya, bukan hanya sekedar profesional yang melek teknologi. Tapi wawasan kebangsaan itu adalah jatidiri dia sebagai bangsa indonesia. Jangan sampai terpengaruhi value-value atau ideologi lain," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved