Tingkat kepercayaan terhahap incumbent di Pemilihan Bupati (Pilbup) Sumedang 2024 masih cukup tinggi, baik terhadap Dony Ahmad Munir maupun Erwan Setiawan sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2018-2023. Meski begitu, kunci kemenangan Pilbup Sumedang bakal berada di genggaman ketika partai nasionalis dan religius bisa berkoalisi.
Hal itu dikatakan Direktur Landscape Politik Indonesia, Asep Komarudin saat diskusi Pilkada 2024 Kabupaten Sumedang di Coffe Setia Jatinangor, Senin (5/8). Diskusi yang mengupas dinamika politik lokal itu turut dihadiri pengamat politik Unpad, Yusa Djuyandi, dan Kiki Pratama dari Lembaga Survey Polsight.
Asep mengatakan, berdasarkan data Kabupaten Sumedang menunjukan jumlah pemilih didominasi oleh kalangan generasi Z dan milenial yang mencapai angka lebih dari 60%. Di sisi lain, kepercayaan kepada petahana yakni Erwan dan Dony cukup tinggi.
"Ini akan menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan koalisi partai dan pemaketan pasangan calon pada Pilkada Sumedang tahun 2024," kata Asep.
Menurut Asep, Sumedang sebagai daerah agamis masih didominasi partai-partai nasionalis seperti Golkar dan PDIP. Setelah itu baru partai Islam seperti PPP, PKS serta PKB. Maka dalam penentuan koalisi dan paket pasangan, kata dia, hendaknya mencerminkan kombinasi koalisi partai nasionalis-religius atau religius-nasionalis.
"Ini perlu menjadi perhatian bagi dua kandidat utama yang akan bertarung saat ini yaitu Dony yang berasal dari PPP (partai Islam) untuk berkoalisi dengan partai nasionalis, begitupun Erwan yang rencana akan diusung oleh partai Golkar (partai nasional), akan sangat berpotensi jika berkoalisi dengan partai Islam dan berpasangan dengan figur yang berasal dari partai Islam seperti PKS," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Asep pun memberikan sejumlah catatan kepada Erwan bila ingin menghadapi Dony. Pertama, Erwan perlu menggaet sosok pemimpin muda untuk menarik dukungan dari generasi Z dan milenial. Kedua, dukungan dari partai politik yang memiliki mesin partai kuat, solid dan militan sangat diperlukan.
Selanjutnya atau ketiga, kombinasi antara partai nasionalis dan religius akan menjadi kunci.
"Jika Erwan berasal dari Golkar yang cenderung nasionalis, maka ia sangat berpotensi untuk menang jika berkoalisi dengan partai berbasis religius dan militan seperti PKS untuk mengimbangi kekuatan Dony sebagai incumbent yang menguasai struktur kuat selama 5 tahun menjabat dan memiliki dukungan dari partai Islam (PPP)" bebernya.
Oleh karena itu, imbuhnya, kemenangan Erwan jika melawan Dony akan ditentukan oleh PKS yang mengusung Ridwan Solichin alias Rinso sebagai sosok muda, merakyat dan merupakan kader terbaik mereka. Terlebih Rinso menjabat sebagai Sekretaris DPW PKS Jawa Barat.
"Ini memungkinkan mesin partai akan bergerak masif untuk memenangkan Rinso dan pasangan Bupatinya kelak," ucap Asep.
Sementara itu, pengamat politik dari Unpad, Yusa Djuyandi menilai, meskipun Dony saat ini unggul dalam survei, margin error survei yang maksimal 5% memberikan peluang bagi Erwan untuk mengejar ketertinggalan. Tak pelak, hasil survei menunjukan persaingan antara Dony dan Erwan sangat ketat.
"Margin error survei ini memberi peluang bagi Erwan untuk mengejar ketertinggalan. Koalisi antara partai nasionalis dan religius bisa menjadi strategi yang efektif untuk memenangkan pilkada," kata Yusa.
Yusa menyebut, Ridwan Solihin dari PKS merupakan kandidat yang menarik, walaupun saat ini masih berada di urutan ketiga. Menarik yang dimaksud adalah berpotensi untuk meningkatkan perolehan suara jika digandeng oleh Dony maupun Erwan.
"PKS memiliki mesin partai yang kuat di Sumedang, dan jika mereka berkoalisi dengan calon yang tepat, ini bisa memberikan dorongan signifikan terhadap suara mereka," tambahnya.
Kiki Pratama dari Lembaga Survey Polsight menambahkan, situasi politik di Sumedang menunjukan pola serupa dengan daerah lain di Jabar. Di mana hasil survei antara Dony dan Erwan misalnya, sangat tipis.
"Untuk memenangkan pilkada, calon perlu menarik dukungan dari partai yang tepat. PKS, dengan mesin partainya yang efektif, bisa menjadi faktor kunci jika mereka bergabung dengan calon yang tepat," papar Kiki.
Kiki menjelaskan, jika Ridwan Solihin digandeng oleh Dony atau Erwan, hal ini bisa meningkatkan peluang kemenangan secara signifikan. Walaupun Kiki mengakui antara Dony dan Erwan tentu memiliki kelemahan.
"Misalnya, Dony mungkin lebih kuat dalam struktur birokrasi, sementara Erwan mungkin lebih unggul dalam menjalin hubungan dengan masyarakat bawah. Jika Erwan dapat menggabungkan kekuatan ini dengan dukungan dari PKS, ini bisa menjadi kombinasi yang sangat kuat," jelas Kiki.
Di akhir diskusi, Kiki mengajak masyarakat Kabupaten Sumedang untuk berpartisipasi aktif dalam Pilkada. Mengingat partisipasi masyarakat dalam Pilkada sangat penting.
"Ini adalah kesempatan untuk memilih pemimpin yang tepat untuk masa depan Kabupaten Sumedang. Kami berharap masyarakat dapat membuat keputusan yang bijak dan terlibat dalam proses demokrasi ini," pesan Kiki.
Sekadar informasi, diskusi tersebut memberikan pandangan mendalam mengenai dinamika politik menjelang Pilkada 2024 di Kabupaten Sumedang. Para pakar politik sepakat bahwa koalisi partai, strategi calon, dan partisipasi masyarakat merupakan faktor-faktor kunci dalam menentukan pemenang.
Dengan berbagai pandangan yang disampaikan oleh para ahli, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan yang bijak dan berpartisipasi aktif dalam pemilihan mendatang.
Diskusi ini pun memberikan wawasan yang berharga bagi calon pemilih, partai politik, dan calon kepala daerah, serta menggambarkan bagaimana dinamika politik lokal akan berpengaruh pada hasil Pilkada. Dengan berbagai strategi dan koalisi yang dipertimbangkan, Pilkada 2024 di Kabupaten Sumedang diprediksi akan menjadi kontestasi yang sengit dan penuh dinamika.
© Copyright 2024, All Rights Reserved