Perkembangan teknologi digital saat ini mendorong lahirnya new media art, seperti seni video, seni internet, dan seni digital dalam berbagai bentuk.
Atas dasar itu, dalam konteks seni rupa kontemporer di Indonesia, ruang Hybridium hadir membawakan kembali peran seni minor atau craft.
Direktur ArtSociates, Andonowati mengatakan, Hybridium laiknya sebuah mini galeri untuk karya seni ukuran kecil seperti sketsa, drawing, serta karya cetak grafis.
"Semua itu, menjadi penanda Hybridium sebagai galeri khusus karya multiple atau karya seni dengan edisinya terbatas (diproduksi lebih dari satu pieces)," kata Andonowati, Jumat (23/2).
"Selain karya seni grafis, imbuhnya, ada juga karya video seni atau karya digital yang diproduksi dengan jumlah edisi terbatas," imbuhnya.
Andonowati menuturkan, segmentasi pasar seni di Hybridium lebih menyasar kepada kolektor-kolektor muda. Sebab, harganya lebih terjangkau bagi karya-karya seniman dengan scale yang lebih kecil dan memiliki edisi atau jumlah terbatas.
"Dengan demikian, kolektor muda dan pecinta seni yang baru punya destinasi hunting koleksi mereka di Bandung utara, yaitu Hybridium," ujar Andonowati.
Di Hybridium, kata Andonowati, karya trimatra seperti objek instalasi, keramik, tapestri, patung figurin dan benda seni dengan scale/ukuran yang lebih kecil dengan material logam, kayu, kertas, serat, dan lain-lain juga dapat diapresiasi.
"Melalui pameran berjudul By Hand: In The Fringe Exhibition yang dikurasi oleh Asmudjo J. Irianto menjadi penanda kehadiran ruang Hybridium di lingkungan Lawangwangi Creative Space, Bandung" kata dia.
Ruang keberagaman Seni Rupa Kontemporer
Kurator pameran perdana di Hybridium, Asmudjo J. Irianto mengatakan, Hybridium dapat menjadi galeri alternative untuk seniman-seniman yang recognize dengan karya multiple/edisi, dengan harga jual lebih murah.
"Hybridium bisa mengakomodasi karya seniman arus bawah, seniman arus tengah yang sulit masuk ke galeri-galeri besar. Hybridium justru bisa mengakomodasi karya-karya contemporary craft yang cenderung personal - lebih representasi personal dari pada fungsional," tuturnya.
Ia berharap Hybridium dapat menjadi wadah pendukung pertumbuhan dan perkembangan seni rupa di Indonesia. Khususnya karya-karya yang bersumber dari kebudayaan material tradisi yang kaya dan beragam.
"Kami mengundang para seniman, kolektor, dan masyarakat luas untuk menjelajahi keberagaman seni rupa kontemporer di Hybridium," ucap dia.
Dengan membuka pintu bagi karya-karya multiple, objek, dan contemporary craft, Hybridium ingin menjadi pelopor dalam mendukung kembali apresiasi terhadap teknik, keterampilan tangan, dan keindahan dalam seni rupa kontemporer.
Inklusif dan Frendly
Salah satu seniman yang menyajikan karya print di Hybridium, Mujahidin Nurrahman memaparkan, ekspektasi dengan kehadiran Hybridium menjadi pilihan publik untuk menikmati karya seni dengan suguhan lain, khususnya karya digital print atau teknik konvensional daru seniman establish yang lebih terjangkau.
“Ruang Hybridium terasa lebih inklusif dan lebih friendly ketimbang galeri Lawangwangi yang lebih eksklusif. Hybridium bisa merangkul seniman medium printing di luar seniman mainstrem, misal ilustrator, desain grafis yang ingin menyajikan projek-projek multiple," ujarnya.
"Sehingga, ArtSociates bisa berbagi jejaring kolektor kepada seniman-seniman di komunitas lain di luar seniman yang sudah hidup di pasar arus utama.” imbuh Mujahidin
Pameran “By Hand: In The Fringe Exhibition” ini terbuka untuk umum mulai tanggal 23 Februari - 23 Maret 2024.
Usai pameran tersebut, kolektor muda dan para pecinta seni bisa langsung mengunjungi Hybridium yang berada di selatan gedung utama Lawangwangi Creative Space, yaitu gedung yang bersebelahan dengan amphyteatre dengan view kota Bandung dan Bandung Barat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved