Seorang tokoh dari Kota Bekasi yang ingin mewujudkan Bekasi sebagai kota ramah disabilitas, pernah mendapatkan penghargaan sebagai tokoh inspiratif di dunia pendidikan.
Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Atas dasar itulah, Heri Koswara bertekad membuka sekolah informal bagi anak disabilitas sensorik (tuli).
Fasilitas pendidikan diberikan secara gratis di rumah belajar Ibtisamah. Banyak keluarga yang telah mendapatkan manfaat dan kesempatan belajar bersama sekolah yang ia dirikan.
"Sungguh saya sangat bersyukur sekali mendapatkan suatu keberkahan dan keistimewaan. Selalu yang saya rasakan ketika bertemu dengan saudara-saudara saya yang orang menyebutnya dengan penyandang disabilitas," ujar Calon Wali Kota Bekasi, Heri Koswara, Senin (7/10).
Bahkan Heri sejak lama memang aktif dengan kegiatan bersama para insan berkemampuan khusus. Salah satunya ia pernah menutup acara International Conference of Deaf Muslims di Puri Ratna Grand Sahid Hotel, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Konferensi internasional ini mempertemukan organisasi Muslim yang peduli penyandang tuli (tunarungu) sedunia. Hadir perwakilan dari 25 negara.
"Yang berhak menerima penghargaan ini sesungguhnya bukan saya tetapi istri saya. Dialah yang mengasuh anak kedua saya yang bernama Amatullah Basimah yang sekarang usianya sudah 23 tahun dan juga sudah punya satu anak yang selalu memberikan motivasi pembelajaran pendampingan sampai dia bisa jadi seorang kepala sekolah yang kami dirikan dan kami dedikasikan untuk anak-anak yang tuna rungu di Jatiasih Kota Bekasi," lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Cagar Foundation, Ismunawaroh mengatakan, pihaknya ingin menampilkan tokoh-tokoh baik individu atau perusahaan ataupun lembaga supaya semakin banyak yang peduli.
Sehingga, hal ini menjadi magnet bagi lembaga-lembaga lain tetap konsisten berkontribusi untuk memenuhi hak kepada penyandang disabilitas apapun Itu keragamannya.
"Jadi kami ingin Indonesia lebih sinergis lagi karena selama ini rumpun disabilitas sensorik berjalan sendiri, rumpun disabilitas intelektual berjalan sendiri. Oleh itu kami berharap dengan adanya IBKs (Individu Berkebutuhan Khusus) day ini kami bisa menjahit semua unsur yang ada di Indonesia baik yang berada di lembaga, komunitas, klinisi, akademisi, profesi dan asosiasi serta para praktisi yang selama ini berkecimpung di dalam dunia autisme di Indonesia," ucapnya.
Target tahun depan, pihaknya ingin mengajak perusahaan besar, lembaga- lembaga besar bahkan media-media besar untuk terus mengkampanyekan Indonesia yang inklusi supya tidak hanya jargon.
"Jadi kita perlu membuat daya dorong yang lebih kuat agar masyarakat semakin aware terhadap keberadaan yang tadi dikatakan. Ada 22 juta penduduk Indonesia yang berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas dan itu bukan hal yang mudah dan menjadi PR kita semuanya," tuturnya.
Rumah Autis (Bekasi) Cagar Foundation berencana akan bermitra dengan pemerintah untuk bisa menjadikan edukasi ini sebuah gerakan sosial kepada masyarakat, bukan gerakan politik tetapi ingin bersinergi dan menjahit hubungan baik agar lebih harmonis lagi dengan semua elemen di Indonesia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved