Kekeliruan konversi dan banyaknya temuan kesalahan hitung pada rekapitulasi suara hasil Pemilu 2024 di tingkat PPK yang saat ini masih berlangsung, harus dimaklumi semua pihak, bahwa hal itu terjadi bukan karena unsur kesengajaan.
Pasalnya, faktor kesalahan manusia (human error) juga atau justru malah kerap terjadi pada rekapitulasi atau penghitungan suara di tingkat TPS yang (mungkin tak sengaja) dilakukan KPPS. Penyebabnya, bisa karena anggota KPPS tersebut kelelahan, ngantuk, tidak fokus atau kondisi psikologis lainnya.
Sementara, para pihak yang mempunyai kapasitas komplain atau mengingatkan kesalahan penjumlahan saat penghitungan suara di TPS, yaitu Pengawas TPS dan Saksi dari peserta Pemilu juga terkadang tidak ada di tempat atau mengalami kondisi psikologis yang sama dengan para petugas KPPS. Mereka juga lelah. Karena biasanya untuk menghitung surat suara pada satu kotak suara saja, memerlukan waktu sekitar satu jam, bahkan bisa lebih.
Pertama, saat penghitungan pada *C Hasil* (C Plano) yang berupa tulisan "papageran" kerap terjadi kekeliruan dalam penjumlahannya. Padahal, penghitungannya terkadang disaksikan banyak orang. Contohnya, hasil papageran-nya II (dua) ditulis angkanya 11 (sebelas) dan papageran-nya 16, jumlahnya ditulis jadi angka 20. Bayangkan jika hal itu luput dari pengawasan petugas PTPS atau saksi partai yang malah lebih asik ngopi dan udud di pojokan TPS?
Kemudian, saat merekap atau menyalin manual C Hasil (yang berupa papageran) ke C Hasil Salinan (yang berupa angka). Entah karena ngantuk atau lelah, atau mungkin tidak fokus karena pasea jeung pamajikan. Kesalahan penulisan oleh petugas KPPS juga kerap terjadi. Akibatnya, kekeliruan penjumlahan malah makin parah. Angkanya, makin tidak sesuai dengan jumlah papageran.
Selanjutnya, C Hasil Salinan atau yang sebelumnya disebut C 1 itu selanjutnya digandakan untuk dibagikan sesuai kebutuhan, mulai dari untuk PPS, PPK, KPU hingga para saksi peserta Pemilu. Nah, hampir semua caleg dan parpol sampai timses, banyak yang menggunakan C Hasil Salinan tersebut untuk rekap atau hitungan internalnya. Hasilnya? Ya makin ngacapruk, makin jauh ti hasil papageran.
Belum lagi, soal foto C Hasil (papageran) yang upload pada aplikasi Sirekap, yang diawal tadi sudah salah jumlah. Makin kacau tuh angka. Namun demikian, percayalah, hal itu terjadi karena kesalahan manusia atau human error. Karena sejatinya, manusia itu tak luput dari salah dan dosa.
Bahkan, KPU RI juga mengakui bahwa faktor kesalahan manusia (human error) dan kesalahan sistem menjadi penyebab banyaknya kesalahan dalam penginputan data hasil Pemilu di aplikasi Sirekap. Dikutip dari media daring, Anggota KPU, Idham Holik bahkan pernah menyatakan bahwa sistem pada aplikasi Sirekap salah membaca angka numerik dari dokumen formulir model C Hasil Pemilu 2024.
Sebelumnya, Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari juga telah meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat terkait problematika salah input data hasil penghitungan suara Pemilu 2024 pada aplikasi Sirekap. "Kami di KPU masih manusia-manusia biasa yang sangat mungkin salah," ujarnya, seraya menegaskan bahwa KPU akan memperbaiki kesalahan input tersebut agar informasi hasil penghitungan suara Pemilu 2024 yang disampaikan kepada masyarakat akurat sesuai dengan fakta di lapangan.
Sementara itu, beberapa kejadian menarik terjadi di Purwakarta, ketika C Hasil Salinan itu diterima oleh partai peserta pemilu melalui para saksinya yang berdampak pada prediksi perolehan kursi di masing-masing partai.
Karena bahan bakunya C Hasil Salinan, maka beragam pandangan pun mulai muncul dan didalamnya terdapat beberapa perbedaan. Kasus yang muncul adalah spekulasi beredarnya informasi seliweran melalui Grup WA semisal di Dapil Purwakarta III yang meliputi Kecamatan Pasawahan, Pondoksalam, Wanayasa dan Kiarapedes.
Tergambar salah satu partai membuat spekulasi prediksi bahwa partai tertentu mendapat satu kursi, sementara spekulasi lainnya menyampaikan prediksi ada dua partai yang dimungkinkan mendapatkan dua kursi.
Secara teoritik kedua prediksi itu mesti nya tidak jauh berbeda, namun karena di salah satu sisi ada yang membuat prediksi menggunakan C Hasil sementara di sisi lain ada yang menggunakan C Hasil Salinan, sedangkan didalam C Hasil dan C Hasil Salinan ini terdapat beberapa kekeliruan tulisan dan bahkan penjumlahan angka keseluruhan, yang mematahkan kedua garis kelompok yang membuat spekulasi prediksi yang memiliki perbedaan signifikan.
Kejadian tersebut, dibenarkan oleh Pengamat Politik Purwakarta Dadan Komarul Ramdan (Dakoram). "Itu betul. Di lapangan hal itu terjadi, karena pencatatan angka dan penjumlahan angka baik dalam C Hasil maupun C Hasil Salinan terdapat beberapa kekeliruan tulis angka dan penjumlahan angka, terlebih hal tersebut dalam C Hasil Salinan," ujarnya diujung seluler.
© Copyright 2024, All Rights Reserved