Permusuhan antara Israel dan Lebanon tidak terhentikan meskipun sebelumnya terjadi ledakan dahysat di Beirut. Lebih jauh, Israel mengaku siap berperang melawan Lebanon jika memang harus melakukannya.
Begitu diungkapkan Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Benny Gantz saat memberikan pengarahan kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Senin (10/8).
Kendati demikian, Gantz mengkalim perang sendiri hanya akan berdampak serius bagi Lebanon.
"Sementara (pemimpin Hizbullah, Hasan) Nasrallah adalah musuh terbesar kita di utara. Dia adalah masalah terbesar Lebanon," ujar Gantz seperti dikutip Anadolu Agency.
Konflik antara Israel dan Lebanon mulai terjadi pada Juli 2016. Ketika itu Hizbullah menyerang Kota Shlomi di Israel bagian utara dengan rudal Katyusha dan menyusup ke wilayahnya.
Insiden tersebut membuat tiga pasukan Israel tewas, dua terluka, dan dua diculik.
Israel kemudian melakukan serangan balasan yang lebih mematikan dan berubi-tubi agar bisa membebaskan dua tentaranya dari tawanan Hizbullah.
Baru-baru ini, hubungan keduanya memanas kembali. Israel menuding Hizbullah tengah berusaha melakukan infiltrasi yang membuat kedua pasukan bentrok di perbatasan.
Di tengah ketegangan tersebut, muncul ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020. Ledakan tersebut menghancurkan sebagian ibukota, memakan sedikitnya 150 korban jiwa, 6.000 terluka, dan puluhan masih hilang.
Banyak spekulasi yang bermunculan terkait penyebab ledakan Beirut, mengingat terjadi di tengah perselisihan antara Hizbullah dan Israel.
Kendati begitu, laporan awal menunjukkan, ledakan Beirut dipicu oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang pelabuhan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved