Serangan penyakit antraknosa (Patek) diperkirakan membuat cukup banyak tanaman cabai rawit rusak. Akibatnya, hasil panen cabai rawit berkurang 50-90 persen pada akhir-akhir ini.
Kondisi tersebut diakui Kementerian Pertanian (Kementan) dan sedang ditelusuri dampak hama patek agar tidak menyebar lebih luas.
Diketahui, harga cabai rawit di Bandung Raya mengalami kenaikan secara signifikan yang mulanya Rp40 ribu/kilogram melonjak menjadi Rp90 ribu/kilogram. Termasuk harga bawang merah dari harga Rp40 ribu/kilogram menjadi Rp60 ribu/kilogram.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengatakan, lonjakan dan penurunan harga komoditi bahan pangan pokok (bapok) merupakan hal biasa, hanya saja kenaikan harga tersebut jangan sampai berlama-lama.
"Kalau sehari, dua hari, kemudian setelah itu turun lagi," ucap Sudaryono saat mengunjungi Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sabtu (27/7) sore.
Menurutnya, kendala yang kerap terjadi hingga berdampak pada kenaikan harga bapok bisa terjadi akibat masalah dalam pengiriman komoditas, sehingga mengalami keterlambatan pengiriman ke pasar-pasar induk.
"Semoga begitu. Nah, kita harus lihat dan pemerintah mengawasi supaya fluktuasinya itu betul-betul terjaga, equilibriumnya (keseimbangan) itu terjaga dalam waktu yang cepat," terang anak petani Grobogan, Jawa Tengah yang baru dilantik pekan kemarin itu.
"Jadi masalah kalau naik gak turun-turun, itu baru masalah," ungkapnya.
Terkait isu lonjakan harga cabai rawit akibat serangan patek, dia menyatakan, hal tersebut harus diwaspadai kalau memang hama. Namun, pihaknya masih mengecek jika memang akibat hama, dampaknya seberapa luas.
"Tentunya silang sana-sini gitu, loh. Mana yang produksi banyak disilang kemana dan seterusnya," katanya.
Dijelaskan Sudaryono, Kementan sedang mengidentifikasi titik-titik pertanian cabai rawit sesuai data yang dimiliki kementerian.
"Orang tanam cabai tidak semua orang nanem, ya. Memang di rumah ada (masyarakat) yang menanam tiga-empat pohon tapi yang punya kebun cabai sentralnya ada. Kita lagi cek ke sana," ujarnya.
Berkenaan solusi yang telah disiapkan Kementan, dia memaparkan, dengan melakukan pengecekan. Sebab, harga komoditi itu terbentuk di pasar induk antara jam 1 atau jam 12 pagi sampai jam 3 atau jam 4 pagi.
"Kita cek suplainya yang tersendat dari mana. Kalau memang diperlukan, kita mesti suplai dari tempat lain. So far kan secara keseluruhan agregat itu kan jumlah cabai kita cukup untuk konsumsi seluruh konsumen kita dari barat ke timur," terangnya.
Kendati demikian, dia menyampaikan, tata niaganya harus benar-benar pintar diatur.
"Berbeda halnya jika agregat komoditi cabai rawit kurang yang mesti ada ekstra ordinary action," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved