Diakui atau tidak Partai Golkar telah melahirkan banyak tokoh politik yang mumpuni. Tak hanya politisi yang masih membesarkan Partai Golkar saja, politisi-politisi di Partai Nasdem, Gerindra, Hanura, Berkarya dan Perindo pun adalah jebolan "kawah candradimuka" partai berlambang pohon beringin itu.
Oleh karena itu, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul berpandangan, di tahun 2024 kelak, koalisi Golkar dengan partai-partai pecahannya mungkin saja terjadi.
“Sangat dimungkinkan, karena Partai Golkar itu perlu dicatat merupakan partai yang paling senior, partai yang sudah teruji ketika terjadi pergolakan dan perpecahan hingga sampai sekarang ini menjadi partai pemenang kedua Pemilu,” kata Adib seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (18/10).
Menurutnya bukan tidak mungkin bakal terjadi koalisi Golkar-Gerindra, mengingat Prabowo Subianto sendiri pernah jadi anggota Golakr dan mengikuti konvensi Calon Presiden Partai yang lahir di awal Orde Baru itu. Koalisi dengan pecahan pecahan Partai Golkar lainnya pun, ujar Adib, mungkin saja terjadi.
Untuk menwujudkan ini, kata dia, Golkar harus bisa memberikan kepastian porsi kekuasaan terhadap partai-partai politik pecahan Golkar itu, ketika nanti berkoalisi.
“Ketika mereka (parpol pecahan Golkar) sudah mendapat jaminan apa yang mereka bisa dapatkan, saya kira koalisi ini akan mudah terbetuk,” demikian Adib.
Dia pun melihat peluang tejadinya koalisi Golkar-NasDem pun terbuka lebar mengingat gabungan taihan suara kedua partai itu sudah cukup untuk mengusung pasang presiden dan wakilnya di Pilpres 2024.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil Pemilu 2019 Partai Golkar memperoleh 17.229.789 suara atau 12,31 persen, sementara Nasdem memperoleh 12.661792 suara atau 9,05 persen.
“Jika keduanya bergabung maka 21,26 persen suara, sangat cukup untuk mengusung lantaran telah melampaui Parparliamentary threshold atauambang batas perolehan suara minimal partai politik sebesar 20 persen,” pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved