Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) membeberkan hasil survei terkait konsumsi kental manis pada anak sebagai pengganti susu. Padahal kental manis adalah salah satu penyebab gizi buruk dan stunting pada balita.
Hasil observasi YAICI di berbagai daerah, ada 60 persen ibu memberikan kental manis sebagai pengganti susu kepada anak.
Di Kabupaten Bekasi, dari 192 responden, 156 anak mengkonsumsi kental manis. Sedangkan yang tidak konsumsi 36 persen.
Sementara di Kota Bekasi, dari 231 responden, 146 anak mengkonsumi kental manis. Alhasil dari 423 responden, 301 atau 71 persen konsumsi kental manis.
Hal itu terjadi di tengah Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai persoalan malnutrisi pada anak.
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%. Target angka obesitas pada 2024 tetap sama 21,8 persen, upaya diarahkan untuk mempertahankan obesitas tidak naik.
"Kita Indonesia, sejak jaman Belanda sudah salah persepsi, dimana kental manis dianggap minuman bergizi, padahal ini salah," kata Ketua harian YAICI, Arif Hidayat di Bandung, Rabu (10/8) kemarin.
Arif mengklaim, pihaknya yang pertama kali menggebrak kental manis bukan susu pada 2018. Hasilnya saat ini sudah tidak ada lagi iklan kental manis di media cetak, tv, online dan sebagainya.
"Bedanya di persepsi, sebagai susu, padahal SKM itu adalah sirup beraroma susu, sangat tinggi kadar gula lebih 50 persen," beber Arif.
Maka dari itu, YAICI menggandeng Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat guna meminimalisir dan mengedukasi masyarakat agar para ibu tidak memberikan kental manis kepada balitanya.
Selain itu, YAICI juga bekerjasama dengan guru-guru paud dan berbagai organisasi terkait lainnya tentang literasi gizi untuk anak.
"Dari 61 negara yang di survey, Indonesia berada di posisi 60, sangat rendah," tandas Arif.
© Copyright 2024, All Rights Reserved