BEBERAPA hari lalu, ramai diberitakan bahwa salah satu kandidat Balonkada yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Purwakarta Anne Ratna Mustika berkunjung ke kediaman Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut tersirat keakraban Anne dan Zulhas dan sejumlah tokoh lainnya.
Tentu ini merupakan manuver atau langkah politik ARM untuk mendapatkan kepastian dalam pencalonannya pada Pilkada Purwakarta November 2024 mendatang. Dari pertemuan tersebut, setidaknya ada dua pesan yang ingin disampaikan ARM kepada publik.
Pertama, Anne memiliki kapasitas sebagai politisi di tingkat nasional, padahal sebelumnya ia selalu dikaitkan dengan mantan suaminya. Pesan yang kedua adalah bahwa pencalonan Anne sebagai Balonkada pada umumnya tidak ditentukan dari bawah. Karena peran ketua partai pusat cukup dominan dalam hal rekomendasi partai.
Lalu, bagaimana dengan kandidat lain? Yang muncul kepermukaan dan didukung data survei, setidaknya ada nama Saepul Bahri Binzen dan Yadi Rusmayadi. Kedua orang ini memiliki peluang yang cukup baik sementara waktu, paling tidak jika kita merujuk pada data survei Deni JA yang dirilis belum lama ini.
Tak bisa dipungkiri bahwa KDM masih memiliki peran yang cukup kuat di Purwakarta, baik di lingkungan birokrasi maupun di kalangan politisi Purwakarta, terbukti beberapa kandidat bakal calon bupati juga berkunjung dan bersilaturahim dengan KDM.
Namun, jika melihat kondisi kekinian para kandidat Balonkada masih dinamis, belum ada kepastian, tapi saya menduga ya tiga orang ini, Binzein, Anne, dan Yadi atau mungkin ada yang lain
Mengapa tiga orang ini?
Binzein memiliki akses kuat dan dukungan dari KDM dan sudah lama mendeklarasikan, hanya saja belum ada partai pengusung yang solid. Kedua Anne sebagai ketua partai, ada kemungkinan jalannya akan mulus karena di samping ketua partai Anne telah memiliki rekam jejak yang jelas di Purwakarta walaupun bisa positif ataupun negatif. Dan yang ketiga Yadi, beliau juga sudah mulai solid dalam mencalonkan diri mungkin saja akan menggandeng PKS. Yang lainnya menurut saya masih belum dapat serius baik Zainal Aripin maupun Ivan Kuntara.
Yang unik di Purwakarta adalah para politisi tidak ada yang serius jadi politisi kecuali KDM. Mereka kampanye hanya menjelang Pilkada. Mereka tidak mau belajar bagaimana KDM dapat berkibar bukan hanya di Purwakarta tapi juga di Jawa Barat.
KDM sangat cerdas dalam membangun citra diri. Citra diri inilah yang tidak dimiliki oleh para kandidat yang sekarang. Kata orang Sunda mah, KDM itu hese diigelanna. KDM masih dapat jadi penentu bahkan jika dia serius dan tidak disibukkan dengan agenda lain mungkin di Purwakarta dia dapat berkibar lagi. Walaupun saya duga para pendukungnya mulai ragu dan bimbang karena banyak yang terpecah dan kecewa dengan perilaku KDM.
Terkait dukungan KDM ke Binzein kita mesti lihat karakter KDM dan politisi pada umumnya. Menurut hemat saya tidak ada loyalitas dalam politik kekuasaan yang sangat pragmatis di Indonesia. Bagi rakyat pada umumnya disebut penghianatan tapi bagi politisi itu strategi.
Hubungan Binzein dan KDM belum tentu se-mesra dan se-solid yang kita duga. Bisa saja KDM punya strategi dan deal lain, apalagi terkait pencalonan KDM jadi kandidat Gubernur Jabar. Yang perlu dicatat adalah tidak mungkin KDM mengorbankan karir politiknya demi orang lain. Ya seperti jual beli lah! KDM dapat apa dari Binzein? Berharap Binzein nanti loyal ke KDM kayaknya mustahil.
Saya yakin Binzein yang begini pun paham. Apalagi jika jadi Cagub tentu deal-deal lain pasti KDM pertimbangkan. Bahkan mungkin saja ada pembicaraan dibalik meja yang semua kita tidak tahu. Mungkin yang pernah nonton film Jet Lee, tahu bagaimana seorang perwira yang dulunya setia kemudian berkhianat atau cerita lain dalam kisah kerajaan di Indonesia.
Di lain pihak jika kita jeli mengapa Anne meminta cerai dari KDM, padahal kekuasaan itu sangat menggoda, oleh karena itu pasti ada hal besar yang Anne tidak tahan. Inikan catatan dari persepektif karakter KDM. Tapi demi kepentingan politik mereka sama-sama menjaga diri untuk saling tidak menyerang karena keduanya punya kunci masing-masing untuk saling membuka.
Penulis adalah Dosen dan Aktivis Pendidikan di Purwakarta.
© Copyright 2024, All Rights Reserved