Pernyataan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang hanya ingin ada dua pasangan calon di Pilpres 2024 mendapat tanggapan dari Wakil Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR RI Willy Aditya.
Menurutnya, situasi politik di Indonesia sangat dinamis. Oleh karena itu ia menilai belum waktunya politisi bicara soal berapa jumlah ideal Paslon yang manggung di Pilpres yang akan datang.
"Tak bisa kita mengidealisasi secara fair terhadap suatu hal yang dinamis. Kita kan enggak tahu komposisinya seperti apa,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin(7/6).
Disinggung mengenai luka lama di 2019 dengan mengusung 2 paslon hingga berujung pada perpecahan dan polarisasi, Willy mengatakan 2019 harus menjadi bahan evaluasi bersama seluruh partai poliitk untuk menuju 2024 yang lebih baik.
"Tentu itu jadi evaluasi menjadi catatan kita. Kalau dua paslon fragmentasinya terlalu tajam. Nah bagaimana ruang kepemimpinan itu kita buka,” imbuhnya.
Ketua DPP Partai Nasdem ini menambahkan, Indonesia tidak memiliki ruang aktualisasi yang lebar untuk para calon presiden dan wakil presiden. Hal itu karena ada ambang batas presiden atau presidential threshold yang harus dipenuhi untuk bisa tampil sebagai calon
“Terlalu sempit untuk ruang capres kita ya, ruangnya ya ketum partai, cuma menteri, cuma kepala daerah, sementara kader-kader bangsa atau tokoh bangsa lainnya tidak punya panggung,” katanya.
Atas dasar itulah, Nasdem menawarkan adanya konvensi kepada seluruh partai agar para tokoh bangsa yang dinilai mumpuni untuk menjadi calon presiden potensial bisa didukung bersama.
"Sebenarnya, kalau konvensi menjadi instrumen dari setiap partai itu menjadi cukup terbuka ya, sehingga partai kita bisa split model ya, kan kalau kita lihat Obama tidak ketum partai, dia punya asosiasi kepartaian dia pengurus tapi dia punya identitas kepartaian yang jelas,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved