Terdapat sembilan indikator yang dimiliki Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar dalam me-leveling atau menentukan level kewaspadaan sebaran pandemi virus corona di Jawa Barat.
Sembilan indikator tersebut yakni laju Orang Dalam Pemantauan (ODP), laju Pasien Dalam Pengawasan (PDP), laju perkembangan pasien positif, laju kesembuhan (recovery rate), laju kematian (case fatality rate), laju reproduksi instan (Rt), laju transmisi (contact index), laju pergerakan, dan risiko geografis.
Demikian disampaikan Ketua Divisi Perencanaan, Riset, dan Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Taufiq Budi Santoso dalam konferensi pers di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (22/5).
Taufiq menerangkan, setelah leveling dan analisa risiko dari sembilan indikator, didapat lima level kewaspadaan yang berbeda-beda bagi 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
"Bila di Level 1, artinya tidak ditemukan kasus positif Covid-19. Level 2, ditemukan kasus Covid-19 secara sporadis. Level 3, ditemukan kasus Covid-19 pada klaster tunggal. Level 4, ditemukan kasus pada satu atau lebih klaster. Sampai di Level 5, ditemukan kasus Covid-19 dengan penularan di komunitas," ucap Taufiq.
Dari hasil evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tingkat Provinsi Jabar selama 6-20 Mei 2020, tidak ada kabupaten/kota dengan Level 1 sehingga diputuskan PSBB dilanjutkan secara proporsional hingga 29 Mei mendatang dengan diskresi masing-masing bupati/wali kota.
Adapun tiga daerah berada di Level 4 (Zona Merah) yakni Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Kota Cimahi. Selain itu, terdapat 19 kabupaten/kota di Level 3 (Zona Kuning) dan lima kabupaten/kota di Level II (Zona Biru).
Taufiq mengatakan, pihaknya akan terus melakukan leveling sebagai metodologi bagi Pemprov Jabar untuk menentukan kebijakan berikutnya, termasuk jika dibutuhkan adanya perpindahan level di setiap periode PSBB.
"Kami akan melakukan lagi leveling ini di minggu depan dan akan dijadikan dasar untuk melihat dan memantau perkembangan pelaksanaan PSBB pada periode 14 hari ke belakang," ungkapnya.
Ia menambahkan, Divisi Perencanaan, Riset, dan Epidemiologi juga membuat data dan informasi terkait penanganan Covid-19, membuat pemodelan kurva pandemi, serta merancang SOP dan protokol yang harus dilakukan selama pandemi.
"Data ini digunakan oleh semua divisi untuk dijadikan bahan analisa dan informasi untuk pengambilan kebijakan," imbuhnya.
Di tempat sama, Sekretaris sekaligus Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Daud Achmad turut melaporkan data terbaru di Jawa Barat.
Hingga Jumat (22/5) pukul 15:14 WIB, terdapat 1.962 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, 422 orang sembuh atau naik 1,2 persen dari sebelumnya, dan 124 meninggal dunia.
Sementara ODP yang masih dipantau berjumlah 6.430 orang dan PDP yang masih dalam proses pengawasan berjumlah 2.428 pasien.
Menjelang Idulfitri 1441 H atau Lebaran 2020, kata Daud, Polda Jabar dan Kodam III/Siliwangi telah memperketat penjagaan di sejumlah titik demi menghindari terjadinya arus mudik.
"Dalam menanggulangi pandemi ini diperlukan komitmen dan kedisiplinan bersama. Kami berharap kepada seluruh masyarakat Jawa Barat, patuhilah aturan- aturan yang dikeluarkan bupati/wali kota pada PSBB proporsional ini," kata dia.
"Hanya dengan disiplin maka kita akan mempercepat pemutusan rantai penularan Covid-19," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved