Dinamika rotasi dan mutasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon terlalu kentara permainan balas budi politik antar elite parpol.
Begitu dikatakan Pengamat politik Sutan Aji Nugraha, saat menanggapi perseteruan yang semakin meruncing antara Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Muhammad Luthfi dengan Bupati Cirebon Imron Rosadi.
Sutan Aji menilai, meruncingnya perseteruan antara Ketua DPRD dan Bupati akibat tidak diakomodirnya titipan yang direkomendasi dalam rotasi dan mutasi jabatan pada minggu lalu.
"Munculnya banyak persoalan ini benar-benar diluar proyeksi, boleh secara politik untuk menguatkan? Ya tentunya tanpa menghilangkan prinsip-prinsip demokrasi (eksternal) dan alur birokrasi (internal) itu sendiri yang di dalamnya terdapat kompetensi," kata Sutan Aji, kepada Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (9/4) malam.
Namun rotasi dan mutasi bukan hanya loyalitas tanpa batas yang akhirnya seperti periode sebelumnya, terjerumus pada praktek jual beli jabatan yang berdampak pada masyarakat, segala sesuatu ditukar oleh uang.
"Kenaikan pangkat atau promosi jabatan dilakukan bukan sewenang wenang (preogratif), seperti halnya seseorang bisa melompati 2 strip jabatan di atasnya, ini sungguh ironis sekali," ujarnya.
Masyarakat pun akhirnya melihat dinamika dalam rotasi mutasi yang begitu kentara politisnya di tengah pandemi Covid-19 ini mampu mereduksi nilai kemanusiaan itu sendiri. Apalagi sekarang banyak masyarakat resah dan lapar, tapi para elit hanya memikirkan kepentingan pribadi dan golongan.
"Apa yang dipradugakan oleh mantan Kadishub Abraham Muhamad kepada Bupati Cirebon Imron Rosadi, jangan sampai benar nyatanya. Rotasi dan mutasi politik balas budi dan balas dendam," jelasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved