RMOLJabar. Kehadiran cold storage atau gudang berpendingin sangat krusial dalam industri perikanan baik perikanan laut maupun tambak. Dengan cold storage, nelayan bisa menyimpan hasil tangkapannya relatif lebih lama, sehingga nilai ekonomisnya tidak menyusut akibat proses pembusukan alamiah.
"Ikan harus didinginkan segera setelah ditangkap di laut atau dipanen di tambak. Karena jika dalam 4 jam setelah ditangkap tidak cepat diturunkan suhunya, akan terjadi perubahan fisik, terjadi perkembangan bakteri. Jadi berbau tengik, berlendir, lembek karena terjadi perubahan mikrobiologis," jelas Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI), Hasanuddin Yasni, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/3).
Terkait hal tersebut, Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN (Persero) I Made Suprateka mengungkapkan, sejumlah inisiatif PLN mendukung penyediaan listrik untuk cold storage.
"Pada 18 Mei 2018, PLN menyediakan listrik untuk floating cold storage pertama di Indonesia milik PT Perikanan Nusantara (persero) di Pelabuhan Untia, Makassar, Sulawesi Selatan. Pasokan listrik PLN ke Floating Cold Storage tersebut mencapai 240 kilo Volt Amper (kVA) menggunakan alat Automatic Secionalizing Switch. Pasokan listrik ke cold storage terapung ini merupakan pertama kalinya di Indonesia," tutur Made.
Sebelumnya, pada Juni 2017 PLN bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, memenuhi kebutuhan tenaga listrik di setiap lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Dalam kerja sama itu, PLN menyediakan listrik di 12 pulau kecil serta kawasan perbatasan yang meliputi Natuna, Saumlaki, Merauke, Mentawai, Nunukan, Talaud, Morotai, Biak Numfor, Mimika, Rote Ndao, Sumba Timur dan Sabang.
"Project ini juga digunakan untuk pengoperasian cold storage, tempat singgah nelayan, pabrik es, sumur, gudang rumput laut hingga tambak serba guna," ujarnya.
Dengan menggunakan listrik PLN dibandingkan genset, pengelola cold storage memperoleh manfaat berlipat. Antara lain dari nilai tambah secara ekonomis, produk perikanan yang lebih tahan lama, akan dapat diolah menjadi fillet, nugget, dan bakso udang/ikan serta menghemat biaya.
Branch Manager PT Perikanan Nusantara Cabang Makassar, Ferdinand Wenno menuturkan, sebelum didukung PLN, biaya operasional kapal floating cold storage Perinus yang sudah bersandar di Untia selama setahun sangat mahal.
"Karena memakai genset solar, biaya operasional dan pemeliharaannya mencapai Rp200 juta per bulan," urai Ferdinand.
Dengan perhitungan menyala 250 jam, penggunaan listrik dari PLN menjadikan Perinus menghemat Rp138 juta per bulannya.
Made menambahkan, PLN juga sudah menyiapkan fasilitas kelistrikan untuk pulau-pulau terluar di Indonesia, termasuk yang terpisah dari daratan. Untuk itu sistem yang digunakan adalah island system, yang berarti sistem kelistrikan tersebut hanya berlaku di pulau atau daerah tersebut.
"Operasionalisasinya menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Karena itu disesuaikan dengan sumber energi yang tersedia apakah dari energi matahari (surya), atau tenaga angin, maka akan menjadi tenaga hybrid yang menjadikannya sebagai energy mix (bauran energi)," jelas Made.
Dengan penyediaan listrik di wilayah Indonesia Timur, maka peluang untuk membangun cold storage, menjadi implementasi juga dari program pengadaan listrik 35 ribu MW. Karena itu pengadaan cold storage di berbagai sentra penangkapan ikan, secara pasti memberi ruang kepada masyarakat nelayan untuk meningkatkan value dari hasil tangkapannya.
"Kehadiran infastruktur energi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan para nelayan, sekaligus juga membangun ekonomi secara inklusif," tandasnya. [gan]
© Copyright 2024, All Rights Reserved