Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung terus berbenah guna menjadi kampus unggul dan berkualitas yang tetap memegang teguh nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Berbagai upaya dan terobosan pun telah dilakukan Uninus di sepanjang tahun 2022.
Mulai dari perbaikan dan penambahan sarana prasarana, peningkatan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) hingga layanan bagi seluruh sivitas akademika. Bahkan, prestasi akademik maupun non-akademik ditorehkan Uninus selama setahun terakhir.
Salah satu upaya Uninus dalam meningkatkan kualitas SDM adalah menambah syarat kelulusan yang bukan hanya skripsi sebagai tugas akhir. Pasalnya, Uninus juga mendorong mahasiswanya membuat jurnal sebagai syarat alternatif agar bisa lulus dari kampus.
Wakil Ketua Yayasan Pembina Uninus, Prof. Obsatar Sinaga menerangkan, syarat jurnal sebagai tugas akhir mahasiswa adalah upaya meminimalkan kecurangan. Sebab hingga kini, masih ditemukan kasus skripsi lama yang direplikasi agar bisa lulus.
Sebagai contoh, Prof. Obi sapaan Obsatar Sinaga mengungkapkan, ada kasus dimana mahasiswa mereplikasi dan mengubah skripsi lama. Hanya untuk menggugurkan tugas akhirnya, mahasiswa tersebut mengubah skripsi yang telah dipakai 9 tahun lalu.
"Jangankan sembilan tahun, tiga tahun aja dosen sudah lupa. Karena itu, dibuat alternatif jangan hanya skripsi. Boleh skripsi, karya, jurnal berbentuk legal standing dari sebuah perjanjian atau proses hukum," ujar Prof. Obi dalam acara Refleksi Akhir Tahun dan Menyambut Tahun 2023 bersama Forum Wartawan Pendidikan (FWP) Jabar di Rektorat Uninus, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Selasa (27/12).
Dijelaskan Prof. Obi, aturan pembuatan jurnal sebagai alternatif tugas akhir merupakan kebijakan kampus yang ada dalam peraturan otonomi akademik. Kebijakan tersebut adalah kewenangan universitas atau rektorat, sehingga bukan aturan tetap dari kementerian terkait.
Atas dasar itu, Uninus menerapkan sistem tersebut dan memberikan keleluasaan bagi mahasiswa agar tidak hanya membuat skripsi sebagai tugas akhir. Mahasiswa Uninus diperbolehkan membuat jurnal nasional dengan akreditasi Sinta (Science and Technology Index).
"Tidak dipatok Sinta semua, karena jumlahnya sedikit. Sekali publish Sinta, satu kampus paling banyak hanya enam. Kalau mahasiswa lebih dari lima terus Sinta-nya penuh dia terlunta-lunta. Jadi selain sinta, juga jurnal internasional," ujarnya.
Tak kalah penting, beber Prof. Obi, penerapan aturan tersebut juga sebagai upaya menjadikan Uninus sebagai kampus swasta unggul. Sebab, jurnal mahasiswa yang terpublikasi sangat berpengaruh terhadap ranking Uninus.
"S3 kita hampir 900 orang. Saya cek di Google, jurnal publikanya cuma 30 sekian. Disertasinya tebal tapi tidak dipublikasi. Kalau 900 dipublikasi, pasti Uninus rangking 1. S3 wajib jurnal meski bikin disertasi. Kalau abal-abal tidak boleh sidang," tegasnya.
Selain menerapkan aturan pembuatan jurnal untuk meningkatkan SDM, Uninus juga memboyong sejumlah guru besar, yakni Prof. Suryana Sumantri sebagai dosen S3 Program Studi (Prodi) Ilmu Pendidikan, Prof. Imas Siti Setiasih bersama Prof. Dadi Suryadi menjadi dosen di Prodi Pertanian hingga Ketua Paguyuban Profesor LLDIKTI Wilayah IV, Prof. Endang Komara.
Sementara itu, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Uninus Bandung, Abdul Holik memaparkan keunggulan Uninus khususnya FAI yang menjadi daya tarik masyarakat. Menurutnya, Uninus adalah kampus Islam yang senantiasa menjaga budaya lama, namun tetap mengadopsi budaya-budaya baru yang lebih baik.
"Jadi kita tidak anti dengan perkembangan zaman, pembelajaran lewat internet, zoom dan lain-lain karena beberapa dosen sudah melakukan itu," tutur Abdul.
Adapun keunggulan lain FAI, kata dia, yakni adanya Strata 3 (S3) Prodi Pendidikan Agama Islam. Selama ini, rata-rata Prodi S3 hanya Pendidikan Islam, sehingga Pendidikan Agama Islam yang dimiliki Uninus menjadi satu-satunya di Jawa Barat.
"Nomenklatur Pendidikan Agama Islam itu menjadi keunggulan kita, bagi alumni-alumni Uninus. Sehingga ini menjadi pasar tersendiri. Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan yayasan," ucapnya.
Di tempat sama, Ketua Ikatan Alumni (IKA) Uninus, Nukaddis Nasher menyampaikan beberapa poin penting yang mampu membuat Uninus bangkit. Ia pun meyakini, kehadiran petinggi yayasan dan rektorat yang baru dapat membawa Uninus ke arah lebih baik.
"Poin pentingnya yakni harus berlari dengan meng-update diri, inovatif, memanfaatkan kemajuan teknologi dan tidak lupa salat malam (tahajud) mempertajam daya analisa dan pikiran," kata Nasher yang kini berkiprah di dunia usaha.
"Saya yakin dan optimis kehadiran Profesor Obi saat ini yang sudah banyak makan asam garam di dunia pendidikan, Uninus akan maju. Saya lebih semangat lagi kehadiran beliau membawa angin segar agar Uninus bisa segera tinggal landas, harus mengorbit," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, dipaparkan juga berbagai prestasi yang telah diraih Uninus maupun para mahasiswa selama setahun terakhir. Di antaranya, penghargaan dari Kemendikbudristek bagi Sendi Cornelia (mahasiswi FKIP) karena berhasil meraih medali emas, cabang olahraga futsal beregu (putri) pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) XVII.
Kemudian, tim futsal putra Uninus yang berhasil keluar sebagai juara pertama dalam Unfari Futsal Championship, turnamen futsal antar perguruan tinggi se-Jawa Barat. Terbaru, Uninus meraih penghargaan nasional dari Ditjen Diktiristek dalam ajang “Malam Anugerah Diktiristek 2022” untuk kategori Perguruan Tinggi Swasta Subkategori Media Sosial.
Dengan berbagai upaya dan terobosan hingga prestasi yang telah ditorehkan, Uninus yang saat ini memiliki mahasiswa di angka 7.000-an menargetkan mampu menambah mahasiswa mencapai 10.000 di tahun 2023.
Sejauh ini, Uninus memiliki Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Agama Islam dan Sekolah Pascasarjana.
© Copyright 2024, All Rights Reserved