Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mencatat tidak ada lonjakan kasus angka anak cuci darah dalam beberapa waktu lalu. Saat ini ada sekitar 10-20 anak per bulan anak yang melakukan cuci darah.
Begitu disampaikan Dokter ginjal anak dari RSHS, dr. Ahmedz Widiasta, Rabu (31/7).
“Untuk kasus anak dengan penyakit ginjal kronik yang mendapatkan cuci darah rutin itu sekitar 10-20 anak per bulannya,” kata Ahmedz.
Ahmedz menyebut, dari pasien anak-anak tersebut sudah diberikan rujukan kembali untuk melakukan perawatan dekat dengan rumah pasien. Selain itu, ia pun mengingatkan agar anak-anak yang melakukan cuci darah harus menjadi perhatian orang tua, di mana pola asupan makanan dan minuman terhadap mereka mesti diperhatikan.
Menurutnya, apabila pola asupan tidak diperhatikan, maka akan berdampak buruk di kemudian hari.
"Ada kecenderungan meningkat penyakit ginjal kronik, yang paling penting adalah yang menjadi mis persepsi di masyarakat sehingga orang mengatakan kenapa ini banyak makan manis, banyak makan garam bisa mengakibatkan cuci darah. Sebetulnya tidak demikian, tapi maksudnya adalah apabila kita pola makan yang salah, pola hidup yang salah dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit berisiko penyakit ginjal kronik, hipertensi, diabetes melitus, itu adalah dua penyakit orang dewasa," ungkapnya.
Sementara itu, Konsultan Nefrologi Anak di RSHS, Dany Hilmanto menjelaskan, orang yang harus melakukan cuci darah disebabkan organ tubuh yang tidak berfungsi seperti biasanya.
Salah satunya fungsi ginjal yang seharusnya bertugas sebagai penyaring cairan racun menjadi cairan elektrolit tubuh dengan tidak baik namun malah bertumpuk pada organ tubuh.
"Pada prinsipnya bahwa kita memiliki sepasang ginjal. Ginjal memiliki fungsi menyaring segala sesuatu racun kemudian menyerap kembali hal-hal yang diperlukan oleh tubuh. Kemudian paling sering dilihat fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa racun yang dihasilkan tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit selain menghasilkan hormon pembentukan sel darah merah," jelasnya.
"Kedua, dia berperan melepaskan growth hormon. Apabila ginjal tidak berfungsi maka harus digantikan fungsinya, karena cairan yang menumpuk dan racun menumpuk di darah memberikan beban berat bagi tubuh dan kejadian fungsi ginjal berkurang bisa terjadi mendadak akut dan kronik berlangsung lama," sambungnya.
Pada dasarnya, lanjut dia, yang menyebabkan seseorang harus cuci darah terjadi dalam jangka yang lama dan panjang. Jika ginjal tidak berfungsi ada dua pilihan di antaranya melakukan transplantasi.
"Kalau ginjal tidak berfungsi ada dua pilihan, ganti ginjalnya tapi untuk itu butuh effort dan transplantasi belum banyak tapi di Hasan Sadikin mulai digunakan. Kedua cuci darah itu dilakukan untuk mengeluarkan racun racun yang dihasilkan oleh tubuh karena proses metabolisme tubuh ginjal tidak berfungsi membuat cairan di dalam darah memberikan beban berat untuk jantung dan organ lain caranya cuci darah,” sebutnya.
Selain itu, cuci darah juga ada dua macam, yang dikenal menggunakan alat mesin, dan menggantinya melalui selaput dalam perut. Dua duanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode tersebut memungkinkan mereka melakukan prosedur tersebut di rumah.
“Mereka hanya perlu datang ke rumah sakit sekali untuk mengambil cairan dan obat baru,” tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved