Hari Perempuan Internasional tahun 2020 yang mengusung tema #EachForEqual menjadi sangat bermakna bagi Grab. Melalui teknologi, Grab mempersatukan dan memberdayakan jutaan perempuan luar biasa, baik mitra pengemudi, agen GrabKios, mitra-merchant GrabFood maupun karyawan perempuan Grab.
Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi menyatakan, sebagai aplikasi serba bisa yang melayani lebih dari 500 kota di Indonesia, Grab terus berkomitmen mendorong lebih banyak keragaman pada angkatan kerja di Indonesia dan terus menciptakan inklusivitas.
"Hal ini termasuk dengan menciptakan lebih banyak kesempatan ekonomi bagi perempuan, menyediakan layanan inklusif untuk membangun hidup keseharian yang lebih aman bagi semua orang, dan menjalin kemitraan strategis untuk dapat membuat perubahan," tutur Neneng, Jumat (6/3).
Untuk mencapai komitmen tersebut, Grab melihat pentingnya fondasi kebijakan perusahaan yang kokoh dan dipayungi kemitraan strategis dengan lembaga terpercaya. Di Indonesia, Grab bermitra dengan tiga lembaga untuk bisa menghadirkan teknologi informasi yang inklusif dan aman.
"Dengan Komnas Perempuan menciptakan tata kelola perusahaan yang baik bagi penumpang dan mitra perempuan, Forum Pengada Layanan untuk pemulihan korban kekerasan serta program peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan penyintas kekerasan dan Pundi Perempuan untuk mengajak pelanggan memberikan donasi bagi lembaga pengada layanan bagi korban kekerasan," jelasnya.
Kisah Ibu Tunggal yang Berdikari Lewat Teknologi
Kristina. Ibu Tunggal asal Medan ini mampu mendobrak stigma jika perempuan tidak bisa mandiri. Warung yang ia dirikan sejak 1997 silam menjadi sumber pendapatan baginya dan ketiga anaknya. Awalnya, dia mengaku cukup kewalahan menjalankan warungnya seorang diri karena harus membagi waktu untuk mengurus anak dan belanja berbagai kebutuhan warung.
“Sejak memanfaatkan teknologi GrabKios, sekarang bisa menjadi lebih hemat dan juga bebas mengatur kebutuhan toko setiap kali belanja. Enggak perlu menyewa becak bermotor setiap kali mau belanja. Ongkosnya bisa ditabung. Semua bisa dikontrol lewat telepon genggam saya. Pembeli semakin ramai karena kini saya bisa menawarkan layanan seperti pembayaran tagihan PLN, BPJS, PDAM, juga pembelian pulsa dan paket data,” ungkap Kristina.
Lain padang, lain belalang. Setelah kehilangan pekerjaan sebagai tim administrasi cadangan, Ibu Tunggal asal Surabaya, Dewi tidak putus asa. Bermodalkan motor ber-STNK, SIM, KK dan SKCK, Dewi menjadi mitra pengemudi GrabBike sejak 2 tahun lalu.
Dewi membuat jadwal untuk dirinya sendiri. Selama hari Senin sampai Jumat, ia bekerja menjadi mitra pengemudi, sedangkan di hari Sabtu ia ambil libur yang biasanya dihabiskan dengan sang anak, sedangkan di hari Minggu, ia gunakan untuk berjualan.
“Dari awal memang sudah berencana kalau ada sisa uang penghasilan nge-Grab bakal dijadikan modal usaha. Saya juga berpikir, usia seseorang itu semakin lama semakin tua. Saya tidak bisa selamanya menjadi driver karena tenaga saya pasti menurun nantinya. Tapi saya senang sekali di usia 31 tahun ini saya dipertemukan dengan Grab. Saya bisa mencari nafkah untuk anak dan keluarga saya. Pilihan yang tepat untuk saya yang seorang single parent,” ucap Dewi.
Usia tidak boleh menjadi penghalang. Memasuki usia ke-38, Lestari Hendrawati mengaku kian sulit mencari pekerjaan. Namun, Ibu Tunggal asal Bandung ini membuktikan jika kegigihan pasti akan berbuah manis.
“Saya sempat berpikir, apa cari kerja ke Jakarta, tapi nanti anak-anak sama siapa? Akhirnya saya pilih menjadi mitra pengemudi GrabCar di Mei 2017. Pendapatan juga ternyata lebih banyak di online. Dibilang lelah, ya lelah, tapi sebatas kaki saja. Kalau hati mah tidak. Kalau saya lelah, saya cuma satu pikirannya, saya kerja buat anak-anak," tutur Lestari.
"Kalau nggak narik, anak-anak dari mana makan dan minumnya. Niat dan jaga kesehatan, itu yang penting bagi saya. Teknologi benar-benar membantu setiap orang, termasuk saya,” imbuh Ibu empat anak ini.
Kemudahan mencari penghasilan dengan bantuan teknologi juga dirasakan Bariah (30), ibu tunggal dengan satu anak balita, pemilik warung makan Mie Aceh Jakarta di kawasan Setia Budi, Jakarta Selatan. Sejak menjadi mitra GrabFood, penjualannya meningkat signifikan,
“Alhamdulillah pesanan makin banyak, bisa sampai 200-300 orderan per hari,” ungkapnya.
Untuk meladeni pesanan pembeli di warungnya yang buka 24 jam, Bariah mempekerjakan 8 orang karyawan yang bekerja bergantian. Tidak hanya melancarkan bisnisnya, Grab juga membantu kehidupan sehari-hari Bariah sebagai ibu tunggal.
“Dari pulsa, token listrik, bahkan sampai bahan-bahan masakan juga bisa beli lewat Grab jadi bisa hemat waktu dan tenaga buat main sama anak. Saya juga senang jadi bisa buka lapangan pekerjaan bagi orang lain,” ucap Bariah.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri, Grab telah menghadirkan rangkaian teknologi keamanan termasuk Tombol Darurat, Verifikasi Wajah Penumpang, Panggilan Gratis dan juga Kamera Grab Siaga. Grab ingin terus mendukung mereka semua untuk dapat mengejar tujuan pribadi dalam hidup, tanpa rasa takut atau perasaan enggan.
Laporan Dampak Sosial Grab pada tahun 2018/2019 mencatat, layanan transportasi Grab 1,2 kali lebih aman dibandingkan dengan standar kualitas layanan taksi di Singapura yang dibilang sangat tinggi. Menciptakan keseharian yang lebih baik bagi setiap perempuan dengan teknologi, menjadi sebuah misi yang lekat di hati Grab.
© Copyright 2024, All Rights Reserved