Sejumlah masyarakat pengguna bahan bakar minyak (BBM) jenis solar mengeluh, lantaran sulit mendapat solar dalam beberapa hari terakhir ini. Bahkan di sejumlah SPBU kerapkali kehabisan stok bahan bakar untuk mesin diesel tersebut.
Pemilik huller atau mesin penggilingan padi di Desa Cijulang Kecamatan Cihaurbeuti, Wawan Ridwan mengungkapkan, dirinya harus berkeliling terlebih dahulu ke beberapa SPBU untuk mendapat solar.
"Di SPBU terdekat susah sekali mendapat solar. Alasannya habis, tapi terkadang untuk kendaraan tertentu ada. Padahal saya sudah mengantongi surat rekomendasi pembelian solar melalui jerigen," kata Wawan, Selasa (12/11).
Bahkan Wawan sampai mencari solar ke SPBU di wilayah Tasikmalaya. Hal itu dia lakukan demi pabrik penggilingan padinya terus beroperasi.
"Saya sampai cari ke Tasikmalaya. Daripada pabrik tak beroperasi, ya kemana pun saya cari," ujarnya.
Selain itu dampak kelangkaan solar juga dirasakan oleh para petani pengguna solar untuk traktor. Seperti dialami Apriadi Mahmud. Dia mengaku, untuk mendapatkan solar harus bersitegang terlebih dahulu dengan petugas SPBU di Kecamatan Cikoneng, Ciamis pada Senin (11/11) malam.
"Mobil lain diberi solar, sementara saya tidak diberi. Yang jelas saya protes, akhirnya setelah sedikit bersitegang saya diberi juga," katanya.
Menurutnya, kelangkaan solar di Ciamis ini sudah hampir sepekan. Beberapa SPBU langganannya sering kehabisan solar. Dia yang melakukan aktivitas usaha perkebunan dari Tasikmalaya ke Pangandaran, mengaku kesulitan mendapatkan solar di sepanjang jalur tersebut.
"Ini solar kemana? Apa yang terjadi. Sekalinya ada, tapi antrian panjang. Tahu sendiri kalau truk atau bus itu mengisi solar cukup lama. Jadi untuk mengantri saja bisa berjam-jam. Bahkan terkadang sudah mengantri ternyata habis," ungkapnya.
Apriadi mengatakan, dirinya bukan tidak ingin membeli solar non subsidi atau BBM jenis dexlite. Tapi, katanya, harga dexlite dengan solar selisihnya cukup tinggi. Sehingga akan mengganggu keuangan usahanya.
"Harga solar subsidi saat ini dijual dengan harga Rp. 5.150/liter sementara dexlite Rp 10.200/liter. Hampir separuh harga bedanya. Kalau selisihnya seperti premium dan pertalite, mungkin tak terlalu memberatkan," katanya.
Sementara itu Ketua Hiswana Migas Priangan Timur, H. Sigit Wahyu mengaku belum bisa memberikan penjelasan mengenai situasi tersebut.
"Saya no comment dulu," katanya via sambungan telepon.[rizalnurdiana/son]
© Copyright 2024, All Rights Reserved