Hasil survei terbaru oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan bahwa sekitar 71 persen masyarakat Kabupaten Purwakarta mewajarkan praktik politik uang (money politic). Tingginya angka ini menjadikan Purwakarta sebagai salah satu wilayah dengan penerimaan politik uang tertinggi di Jawa Barat, sejajar dengan Tasikmalaya yang mencapai 70 persen.
Menurut data terbaru, Purwakarta memiliki tingkat kemiskinan sebesar 8,4 persen dan rata-rata lama sekolah adalah 8,2 tahun. Data ini memberikan gambaran penting tentang konteks sosial dan ekonomi yang mempengaruhi penerimaan politik uang di wilayah tersebut.
Untuk memahami fenomena ini secara lebih mendalam, penting untuk mengkaji perspektif psikologi yang menjelaskan bagaimana dan mengapa politik uang diterima secara luas di Purwakarta.
Dampak Kemiskinan pada Persepsi Politik
Kemiskinan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap politik uang dengan cara yang signifikan. Menurut Albert Bandura psikolog terkenal yang mengembangkan Teori Kognisi Sosial, individu dalam kondisi ekonomi yang buruk sering kali merasa tertekan dan cenderung merasionalisasi tindakan yang dapat memberikan bantuan langsung sebagai bentuk solusi terhadap masalah mereka.
Dalam konteks ini, politik uang dapat dipandang sebagai bentuk bantuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama ketika pemerintah atau lembaga lain tidak mampu memberikan dukungan yang memadai.
Sebagai contoh, masyarakat yang mengalami kemiskinan mungkin lebih cenderung menerima tawaran politik uang karena mereka melihatnya sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan bantuan finansial. Persepsi ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mereka sering kali tidak memiliki akses ke sumber daya atau dukungan sosial yang memadai dari institusi pemerintah atau lembaga sosial.
Pengaruh Pendidikan pada Penerimaan Politik Uang
Pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap bagaimana individu memandang dan merespons politik uang. Menurut teori kognisi sosial Bandura, individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah mungkin tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang korupsi politik atau dampak jangka panjang dari politik uang. Hal ini dapat menyebabkan mereka lebih cenderung menerima politik uang sebagai hal yang wajar atau bahkan sah dalam konteks pemilihan.
Pendidikan yang rendah juga berhubungan dengan keterbatasan dalam akses informasi yang akurat dan objektif tentang calon politik dan proses pemilihan. Tanpa pemahaman yang memadai tentang prinsip-prinsip demokrasi dan mekanisme pemilihan, masyarakat dengan rata-rata lama sekolah yang rendah mungkin merasa bahwa menerima politik uang adalah bagian dari proses pemilihan yang tidak dapat dihindari.
Pragmatisme Elit Politik Purwakarta
Albert Bandura mengemukakan bahwa Persepsi individu tentang dunia sosial dan ekonomi mereka mempengaruhi bagaimana mereka memproses informasi dan membuat keputusan. Dalam konteks pragmatisme elit, mereka memanfaatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.
Elit yang pragmatis dapat memperkirakan bahwa politik uang adalah strategi yang efektif untuk meraih dukungan di kalangan pemilih yang mungkin mengalami ketidakpastian ekonomi atau sosial.
Mereka memanfaatkan situasi ini dengan menyajikan politik uang sebagai solusi langsung, yang mereka yakini dapat mempengaruhi keputusan pemilih dengan cara yang menguntungkan mereka.
Dalam hal ini, elit politik yang menggunakan politik uang dapat menciptakan norma sosial di mana politik uang menjadi hal yang diterima. Jika masyarakat melihat bahwa calon politik yang menggunakan politik uang berhasil memenangkan pemilihan, hal ini dapat memperkuat pandangan bahwa politik uang adalah strategi yang efektif dan sah.
Pragmatisme elit dalam konteks ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan mendukung penerimaan politik uang sebagai bagian dari proses pemilihan yang biasa.
Selain itu, ketika elit politik menggunakan politik uang sebagai metode kampanye, mereka bertindak sebagai model bagi masyarakat, menunjukkan bahwa politik uang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Masyarakat yang melihat elit politik sebagai model mungkin meniru perilaku tersebut, sehingga memperkuat budaya politik uang dan menjadikannya lebih diterima dalam konteks pemilihan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved