Dunia saat ini dihadapkan pada berbagai ketimpangan akibat perlambatan pertumbuhan global, ancaman perubahan iklim, eskalasi ketegangan geopolitik, dan kebijakan publik yang belum merata. Lebih dari 25% generasi muda masih belum memiliki pekerjaan, akses pendidikan yang memadai, atau ketrampilan yang memadai untuk bersaing di pasar kerja. Kelompok ini, terutama di negara berkembang dan di kalangan perempuan, rentan menghadapi tantangan ini.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, World Economic Forum (WEF) menggelar Special Meeting sesi "Labour Markets for the Next Generation" di King Abdul Aziz Conference Center, Riyadh, Arab Saudi, pada Minggu (28/4).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, bergabung dengan panelis lainnya, termasuk Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Investasi Nigeria Doris Anite, Vice-Chairman Global Public Sector, Citi Amerika Serikat Jay Collins, CEO Crescent Enterprise UAE Badr Jafar, dan Pendiri/Ketua DAMAC Internasional, UAE Hussain Sajwani, untuk mendiskusikan isu ketenagakerjaan, khususnya pasar tenaga kerja kaum muda, baik di tingkat regional maupun global.
Berbagai isu menjadi bahasan menarik antar panelis yang diikuti sesi tanya jawab dari para partisipan. Fokus pembahasan dimulai dari perkembangan pertumbuhan ekonomi dunia dan efeknya ke pasar tenaga kerja, investasi, tren pasar tenaga kerja, bagaimana adopsi teknologi dapat mengubah pekerjaan, hingga strategi Pemerintah untuk menyiapkan kaum muda terhadap perkembangan dan perubahan dunia. Deretan isu termutakhir juga muncul dalam pembahasan, seperti peran AI, perubahan mode kerja yang hybrid, sampai lahirnya lapangan kerja hijau di tengah ancaman perubahan iklim.
Dalam menyiapkan pasar tenaga kerja yang dinamis, Indonesia telah menyiapkan berbagai langkah ntisipasi yang komprehensif untuk berinvestasi pada pelatihan dan pendidikan, misalnya pendidikan pada usia dini, vokasi, dan penyiapan dan pelatihan para pencari kerja. Menko Airlangga dalam sesi ini menekankan pentingnya UMKM sebagai bagian dari upaya penciptaan lapangan kerja di Indonesia, sekaligus mengungkapkan keberhasilan Undang- Undang Cipta Kerja yang efektif mengurangi hambatan investasi domestik dan asing.
Tercatat, peningkatan rata-rata PMA mencapai 29,4% dalam lima kuartal setelah penerapan UU tersebut. Menyinggung UMKM, Menko Airlangga juga menyebutkan bahwa implementasi kebijakan publik dengan pembemberian insentif pembiayaan yang inklusif, bantuan teknis, dan pemerataan infrastruktur digital menjadi salah satu upaya prioritas Pemerintah, termasuk dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045. Menjawab pertanyaan moderator terkait bagaimana strategi Pemerintah Indonesia dalam mendorong pasar tenaga kerja generasi muda, Menko Airlangga mengemukakan pentingnya digitalisasi.
“Indonesia menggunakan digitalisasi sebagai new engine of growth dan edukasi dalam mendukung digitalisasi seperti kerja sama dengan IBM dan Apple Academy,” ungkap Menko Airlangga yang sekaligus menekankan kerangka kerja yang telah dideklarasikan selama Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023.
Dalam kesempatan yang sama, Menko Airlangga juga membeberkan program Merdeka Belajar di mana para pelajar bisa memiliki pengalaman magang. Di samping itu, terdapat insentif super deduction untuk kegiatan riset dan berbagai insentif pajak lainnya untuk pendidikan. Selain itu, Menko Airlangga juga mengungkapkan besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja.
“Indonesia itu negara besar, jika diproyeksikan ke Eropa, akan membentang dari Irlandia ke Kazakhtan. Penduduk Indonesia besar dan tiap tahun lahir penduduk baru hampir 5 juta orang. Oleh karena itu, Indonesia harus menyiapkan paling tidak 5 juta pekerjaan juga setiap tahunnya,” pungkas Menko Airlangga.
© Copyright 2024, All Rights Reserved