Mengembalikan kejayaan Partai Masyumi di masa lalu tidak bisa hanya dengan cara "copy paste". Pasalnya, zaman sudah berubah, dinamika politik sudah berubah, cara pandang masyarakat telah mengalami pergeseran.
Begitu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo kepada Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (5/3).
Tak dipungkiri, kata Karyono, di tengah liberalisasi dan perkembangan teknologi saat ini telah menjadi tantangan tersendiri bagi sebuah partai yang hanya "menjual" ideologi.
"Meski terkesan berlebihan, ramalan Daniel Bell dalam bukunya "The end of Ideologies" patut menjadi bahan renungan," kata Karyono.
Maksudnya bagaimana? Karyono menuturkan, Daniel Bell berpendapat ideologi politik semakin tidak relevan di antara orang-orang "masuk akal". Kemudian pemerintahan masa depan akan didorong oleh penyesuaian teknologi sedikit demi sedikit dari sistem yang ada.
"Meskipun ramalan Daniel tidak seluruhnya menjadi kenyataan, tetapi bisa menjadi bahan evaluasi bagi partai politik masa kini yang masih mengabadikan ideologi masa lalu agar tetap eksis dalam menghadapi tantangan saat ini dan akan datang," ucap Karyono.
Terkait dengan wacana "Masyumi Reborn" atau menghadirkan kembali Partai Masyumi sejatinya bukan hal baru. Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1999 sudah ada partai yang menggunakan nama Masyumi Baru. Partai ini gagal memperoleh kursi di parlemen karena hanya mendapatkan suara sebanyak 152.589 suara atau 0,14%. Partai ini sama sekali tidak mendapatkan kursi di DPR.
© Copyright 2024, All Rights Reserved